BAB
I
PENDAHULUAN
A. PENEGASAN
JUDUL
Dalam penelitian
ini penulis memilih judul untuk diteliti yaitu, “ANALISIS PROSES BERFIKIR ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS (ABK) TUNAGRAHITA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI BILANGAN PENJUMLAHAN
DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) HARAPAN IBU METRO TAHUN PELAJARAN 2016/2017.”
Segala upaya untuk menghindari salah paham dalam mengartikan judul yang penulis
susun, maka penulis memberikan penegasan judul sebagai berikut :
1. ANALISIS
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, analisis adalah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.[1]
2. PROSES
Proses
adalah runtunan perubahan (peristiwa dalam perkembangan sesuatu).[2]
3. BERPIKIR
Berpikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian
pengetahuan kita .Bagian- bagian pengatahuan kita yaitu segala sesuatu yang
kita miliki, yang berupa pengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga
tanggapan-tanggapan.[3]
4. ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan
karakteristik khusus yng berada dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukkan yang ketidak mampuan mental, emosi, atau fisik.[4]
5. TUNAGRAHITA
M. Amin berpendapat bahwa anak tunagrahita adalah mereka
yang jelas-jelas kecerdasannya dibawah rata-rata.[5]
6. MENYELESAIKAN
Menyelesaikan ( dalam berbagai-bagai arti seperti
pemberesan, pemecahan )
7. SOAL
Soal
adalah hal yang harus dipecahkan, seperti masalah proses berpikir anak
tunagrahita rendah.
8. OPERASI
Operasi
adalah pelaksanaan
rencana yang telah dikembangkan.
9. BILANGAN
Bilangan adalah satuan dalam sistem matematis yang abstrak dan dapat
diunitkan, ditambah, atau dikalikan.
10. PENJUMLAHAN
Penjumlahan menurut Maman Abdurahman dan Hayatin Nufus merupakan penggabungan himpunan-himpunan
atau penambahan dua bilangan dengan suatu bilangan yang merupakan jumlah.
11. SEKOLAH
LUAR BIASA (SLB)
Menurut direktorat pembinaan sekolah luar biasa, sekolah
luar biasa adalah salah satu jenis sekolah yang bertanggung jawab melaksanakan
pendidikan anak yang berkebutuhan khusus.
12. HARAPAN
IBU
Harapan Ibu merupakan nama sekolah yang melaksanakan
pendidikan anak berkebutuhan khusus di kota Metro.
13. METRO
Metro
adalah nama salah satu Kecamatan di Lampung Tengah.
14. TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
Tahun Pelajaran 2016/2017 adalah tahun dimana penelitian
ini dilaksanakan.
B. ALASAN
MEMILIH JUDUL
Adapun alasan penulis memilih judul tersebut adalah :
1.
Penulis
ingin mengetahui lebih dalam proses berpikir anak tunagrahita dalam menyelesaikan
soal matematika yang sebagaimana peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran berlangsung.
2.
Penulis
ingin mengetahui penyebab apa saja kesalahan peserta didik
dalam menyelesaikan soal operasi
hitung penjumlahan
C. LATAR
BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah
suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan
diri sebaik mungkin dengan linkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan
perubahan dalam kehidupan bermasyarakat.[6]
Pendidikan ini merupakan awal yang sangat penting untuk seorang anak, karena
melatih mereka untuk membaca dengan baik, mengasah kemampuan berhitung serta
berpikir. Maka dari itu pendidikan wajib diperoleh dari siapa saja, termasuk
juga anak berkebutuhan khusus.
Setiap anak, termasuk
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa
yang dalam dirinya merekat harkat martabat sebagai manusia seutuhnya. ABK
merupakan anak yang memiliki kekurangan karena mempunyai cacat fisik, mental,
maupun sosial. ABK memiliki hak-hak yang sama dengan anak normal lainnya dalam
aspek kehidupan. Begitu pula dalam aspek kependidikan, mereka juga memiliki hak
untuk bersekolah guna mendapatkan pengajaran dan pendidikan, karena manusia
mempunyai hak yang sama di hadapan Allah SWT.
Dalam QS. An Nuur Ayat
61 :
Artinya : Tidak ada halangan
bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak(pula) bagi orang sakit,
dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (Bersama-sama mereka) dirumah kamu
sendiri.[7]
Berdasarkan UU
sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dalam pasal 5 ayat 2 juga menyebut bahwa “setiap
warganegara memiliki kelainan fisik, mental, sosial, intelektual dan sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus.[8]
Dengan kata lain, perkembangan manusia ada yang wajar atau normal dan ada pula
perkembangannya terganggu (abnormal) yang akan berpengaruh terhadap mental dan
jasmani . sehingga dalam permasalahan pendidikan, tidak ada perbedaan anatara
anak yang normal perkembangan jasmani dan rohaninya, dengan anak-anak yang
mengalami kecacatan fisik atau kelemahan mental yang sering disebut sebagai
anak berkebutuhan khusus. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada ABK
untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan, maka akan membantu mereka dalam
membentuk kepribadian yang terdidik, mandiri dan terampil.
Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan. Tak
terkecuali anak-anak berkebutuhan
khusus. Salah satu anak berkebutuhan khusus yang kurang mendapatkan perhatian adalah anak tuna
grahita dibandingkan anak dengan cacat fisik.
Tuna grahita dapat diartikan lemah mental, lemah otak, lemah pikiran, cacat mental atau terbelakang mental. Tingkat
kecerdasan tuna grahita perselangan
55-70. Perkembangan kognitif anak tuna grahita terhenti pada tahap operasional konkret. Sedangkan
perkembangan fisik tampak seperti anak normal
sebayanya.
James
mengatakan dalam kamus matematikanya bahwa matematika itu adalah ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep berhubungan lainnya
yang jumlahnya banyak.[9]
Sedangkan dalam kamus matematika bahwa matematika adalah suatu sistem yang
rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang.[10]
jadi, Matematika
adalah salah satu bagian yang penting dalam bidang ilmu pengetahuan. Matematika juga merupakan
ilmu eksakta yang memerlukan pemahaman.
Bagi sebagian besar siswa normal, matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan susah
dipahami karena matematika bersifat abstrak.
Siswa tuna grahita ringan juga mengalami hal yang sama. Siswa tuna grahita memiliki keterbatasan dalam hal
intelektual, sehingga siswa tunagrahita semakin
sulit untuk memahami mata pelajaran matematika.
Dewasa ini fakta di
lapangan, matematika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit oleh
peserta didik dan ini berdampak pada hasil proses berpikir dalam pembelajaran
matematika yang rendah dibandingkan dengan mata pelajarn lainnya. Salah satu
penyebabnya adalah dalam masalah proses pembelajaran guru hanya menerangkan
didepan kelas, memberi contoh soal, kemudian memberikan latihan soal kepada
peserta didik. Sehingga dalam proses pembelajaran kurang bermakna dan
komunikasinya hanya berjalan satu arah. Dari guru kepeserta didik dan tidak
berlaku sebaliknya. selama ini kebanyakan model pembelajaran yang digunakan
oleh guru adalah metode langsung atau metode ceramah.
Pembelajaran untuk
anak berkebutuhan khusus membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Model pembelajaran terhadap peseta didik berkebutuhan
khusus yang dipersiapkan oleh guru disekolah, ditunjukkan agar peserta didik
mampu berinteraksi terhadap lingkungan sosial. Dalam penyusunan program
pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru kelas sudah memiliki data
pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi berkaitan dengan karakteristik
spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat
perkembangannya. Dalam hal ini guru memiliki peranan yang sangat penting untuk
menyampaikan informasi matematika kepada peserta didik. Guru harus berusaha
keras untuk berkomunikasi dengan mereka, salah satu cara yang ditempuh adalah
dengan menvisualisasikan materi-materi matematika. Jadi dalam menyampaikan
materi, seorang guru harus menampilkan bentuk visualnya dengan harapan peserta
didik Tunagrahuta lebih mudah memahaminya.
Pembelajaran matematika yang sesuai dengan siswa
tuna grahita adalah dengan
menggunakan benda-benda nyata dan masalah sehari-hari yang terjadi di sekitar mereka. Pada awalnya masalah
tersebut akan membuat siswa mengalami disequilibrium
(ketidakseimbangan)
dan mendorong siswa untuk melakukan akomodasi
atau asimilasi sehingga pada akhirnya akan menuju ekuilibrium (keseimbangan).
Operasi hitung penjumlahan terbagi atas dua cara
yaitu penjumlahan ke samping
dan penjumlahan bersusun ke bawah. Penjumlahan menurut Maman Abdurahman dan Hayatin Nufus merupakan
penggabungan himpunan-himpunan atau
penambahan dua bilangan dengan suatu bilangan yang
merupakan jumlah. Cara yang dapat digunakan untuk menjumlahkan bilangan-bilangan tersebut terdiri dari
dua cara yaitu penjumlahan ke samping dan
bersusun ke bawah. Menurut Maman Abdurahman dan Hayatin Nufus penjumlahan ke samping yaitu penjumlahan
yang pengerjaan hitungannya
guna untuk memperoleh jumlah bilangan dari hasil penjumlahan ke samping. Sedangkan penjumlahan
bersusun ke bawah adalah penjumlahan yang
pengerjaan hitungannya guna untuk memperoleh jumlah bilangan dari hasil penjumlahan bersusun ke bawah.
Kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari proses
dan dari segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan
berkualiatas atau berhasil apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar
(75%) peserta didik secar aktif , baik fisik, mental, maupun sosial dalam
proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi.
Semangat belajar besar dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi
hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan yang
positif dari peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar
(75%).[11]
Berdasarkan hal-hal
yang dijelaskan peneliti bermaksud menganalisis siswa dalam proses berpikir
anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita dalam menyelesaikan soal matematika pada
materi operasi hitung penjumlahan yang dibagi menjadi beberapa cara yaitu
penjumlahan ke samping dan penjumlahan bersusun ke bawah.
D. IDENTIFIKASI
MASALAH
berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan
sebelumnya,dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.
Belum optimalnya proses belajar mengajar di
lingkungan SLB Harapan Ibu Metro sehingga berimplikasi pada rendahnya prestasi
belajar anak tuna grahita.
2.
Masih ada siswa yang kesulitan memahami materi
operasi hitung penjumlahan.
3.
Masih ada siswa yang kesulitan menyelesaikan soal
pada materi operasi hitung penjumlahan.
E. PEMBATASAN
MASALAH
Ruang lingkup penelitian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Kemampuan
memecahkan masalah yang akan diteliti adalah kemampuan dalam menyelesaikan soal operasi hitung penjumlahan.
2.
Penelitian ini akan dilaksanakan di SLB Harapan Ibu Metro, karena berdasarkan
hasil prasurvei,
3. kondisi
siswa di sekolah tersebut mempunyai kesesuaian dengan penelitian ini.
4.
Lokasi
penelitian ini di SLB Harapan Ibu Metro dengan populasi anak tunagrahita pada
Tahun Pelajaran 2015/2016
F. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah
yang diangkat dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Proses Berpikir anak tunagrahita dalam
menyelesaikan soal operasi hitung penjumlahan di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Harapan Ibu Metro ?
2. Apa
saja penyebab terjadinya kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan soal operasi hitung penjumlahan di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Harapan Ibu Metro?
G. TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses berpikir anak tuna grahita dalam
menyelesaikan soal penjumlahan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Harapan Ibu Metro.
2. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan soal
operasi hitung penjumlahan di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Harapan Ibu Metro.
H. MANFAAT
PENELITIAN
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain
sebagai Berikut:
1.
Manfaat
teoretis
1.
Mengetauhi
besarnya kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung penjumlahan
yang dialami anak tuna grahita di SLB Harapan Ibu Metro.
2.
Mengetahui
besarnya tingkat kesulitan skil dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung
penjumlahan yang dialami anak tuna grahita di SLB Harapan Ibu Metro.
3.
Dapat menambah wawasan ilmu pendidikan bagi guru
dan mengoptimalkan proses pembelajaran sebagai usaha peningkatan prestasi
belajar siswa khususnya pada materi operasi hitung penjumlahan.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi penulis
Dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan dan menambah
wawasan dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh dalam bangku kuliah,
khususnya dalam bidang pendidikan matematika.
b.
Bagi Sekolah
Sebagai masukan dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan sehubungan
dengan belum optimalnya prestasi belajar siswa.
c.
Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini
diharapkan mampu memberikan informasi tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh
guru matematika dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika.
d.
Bagi Guru Matematika
Penelitan ini diharapkan
mampu memberikan evaluasi terhadap hal-hal yang telah diusahakan oleh guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan kajian bagi
guru dalam meningkatkan kualitasnya.
e.
Bagi Guru
Sebagai masukan bagi guru bidang studi matematika dalam menentukan model
pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat, yang sesuai dengan materi yang
bersangkutan dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa.
f.
Bagi Siswa
Memberikan motivasi bagi siswa agar lebih
meningkatkan belajar melalui pembelajaran yang bervariasi, sehingga akan lebih
termotivasi dalam belajarnya.
g.
Bagi Pembaca Lain
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan
pingintropeksian diri (Muhasabah)
I. Ruang
Lingkup Penelitian
Dari judul diatas,
yang digunakan dalm ruang lingkup penelitian adalah proses berfikir bagi
peserta didik beerkebutuhan khusus.
1.
Subjek
penelitian adalah peserta didik berkebutuhan khusus Tunagrahita.
2.
Objek
penelitian adalah proses berpikir anak Tunagrahita.
3.
Lokasi
Penelitian adalah Sekolah Luar Biasa Harapan Ibu Metro.
4.
Waktu
penelitian adalah tahun pelajaran 2016/2017
[1] Suharso
dan Ana Retnoningsih,Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Semarang:Widya Karya : 2005,hlm 37
[2] Ibid,hlm
329
[3] Sumadi
Suryabrata.Psikologi Pendidikan..(Jakarta:Rajawali
Pers, 2011).hal 54-55
[4] Novan
Ardy Wiyani, Buku Ajar Penanganan Anak
Usia Dini Berkebutuhan Kushus,Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,2003,hlm 17
[5] Soeharso.”Orang
Tua Spesial Untuk Anak Spesial”(Jakarta.Yayasan Pembinaan Anak Cacat(YPAC)
Nasional.2013.)Hlm.96-97
[6] Oemar
Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran,Jakarta:
Bumi Aksara,2009,hlm.2
[7] Al-qur’an
dan Terjemah,Muqoddimah,Jakarta
:Lubuk Agung,1984,hal.555
[8] Undang-Undang
Sisdiknas 2003 (UU RI No. 20 Th. 2003), Jakarta:Sinar Grafika Offset,2007,hlm.6
[11] E.Mulyasa,Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep,
Karakteristik dan Implementasi, Bandung : PT Rosdakarya, 2004. Hlm.102
Tidak ada komentar:
Posting Komentar