Sabtu, 25 Februari 2017

BAB I TUNAGRAHITA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    PENEGASAN JUDUL

Dalam penelitian ini penulis memilih judul untuk diteliti yaitu, “ANALISIS PROSES BERFIKIR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) TUNAGRAHITA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI BILANGAN PENJUMLAHAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) HARAPAN IBU METRO TAHUN PELAJARAN 2016/2017.” Segala upaya untuk menghindari salah paham dalam mengartikan judul yang penulis susun, maka penulis memberikan penegasan judul sebagai berikut :

1.      ANALISIS
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.[1]

2.      PROSES
Proses adalah runtunan perubahan (peristiwa dalam perkembangan sesuatu).[2]

3.      BERPIKIR
Berpikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita .Bagian- bagian pengatahuan kita yaitu segala sesuatu yang kita miliki, yang berupa pengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga tanggapan-tanggapan.[3]
4.      ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yng berada dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan yang ketidak mampuan mental, emosi, atau fisik.[4]

5.      TUNAGRAHITA
M. Amin berpendapat bahwa anak tunagrahita adalah mereka yang jelas-jelas kecerdasannya dibawah rata-rata.[5]

6.      MENYELESAIKAN
Menyelesaikan ( dalam berbagai-bagai arti seperti pemberesan, pemecahan )

7.       SOAL
Soal adalah hal yang harus dipecahkan, seperti masalah proses berpikir anak tunagrahita rendah.

8.      OPERASI
Operasi adalah pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan.

9.      BILANGAN
Bilangan adalah satuan dalam sistem matematis yang abstrak dan dapat diunitkan, ditambah, atau dikalikan

 10.  PENJUMLAHAN
Penjumlahan menurut Maman Abdurahman dan Hayatin Nufus  merupakan penggabungan  himpunan-himpunan atau penambahan dua bilangan dengan suatu bilangan yang merupakan jumlah.

11.  SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)
Menurut direktorat pembinaan sekolah luar biasa, sekolah luar biasa adalah salah satu jenis sekolah yang bertanggung jawab melaksanakan pendidikan anak yang berkebutuhan khusus.

12.  HARAPAN IBU
Harapan Ibu merupakan nama sekolah yang melaksanakan pendidikan anak berkebutuhan khusus di kota Metro.

13.  METRO
Metro adalah nama salah satu Kecamatan di Lampung Tengah.

14.  TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Tahun Pelajaran 2016/2017 adalah tahun dimana penelitian ini dilaksanakan.

B.     ALASAN MEMILIH JUDUL

Adapun alasan penulis memilih judul tersebut adalah :
1.      Penulis ingin mengetahui lebih dalam proses berpikir anak tunagrahita dalam menyelesaikan soal matematika yang sebagaimana peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung.
2.      Penulis ingin mengetahui penyebab apa saja kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan soal operasi hitung penjumlahan
C.    LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan linkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam kehidupan bermasyarakat.[6] Pendidikan ini merupakan awal yang sangat penting untuk seorang anak, karena melatih mereka untuk membaca dengan baik, mengasah kemampuan berhitung serta berpikir. Maka dari itu pendidikan wajib diperoleh dari siapa saja, termasuk juga anak berkebutuhan khusus.
Setiap anak, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya merekat harkat martabat sebagai manusia seutuhnya. ABK merupakan anak yang memiliki kekurangan karena mempunyai cacat fisik, mental, maupun sosial. ABK memiliki hak-hak yang sama dengan anak normal lainnya dalam aspek kehidupan. Begitu pula dalam aspek kependidikan, mereka juga memiliki hak untuk bersekolah guna mendapatkan pengajaran dan pendidikan, karena manusia mempunyai hak yang sama di hadapan Allah SWT.

Dalam QS. An Nuur Ayat 61 :
  
Artinya : Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak(pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (Bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri.[7]
Berdasarkan UU sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dalam pasal 5 ayat 2 juga menyebut bahwa “setiap warganegara memiliki kelainan fisik, mental, sosial, intelektual dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.[8] Dengan kata lain, perkembangan manusia ada yang wajar atau normal dan ada pula perkembangannya terganggu (abnormal) yang akan berpengaruh terhadap mental dan jasmani . sehingga dalam permasalahan pendidikan, tidak ada perbedaan anatara anak yang normal perkembangan jasmani dan rohaninya, dengan anak-anak yang mengalami kecacatan fisik atau kelemahan mental yang sering disebut sebagai anak berkebutuhan khusus. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada ABK untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan, maka akan membantu mereka dalam membentuk kepribadian yang terdidik, mandiri dan terampil.
Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan. Tak terkecuali anak-anak berkebutuhan khusus. Salah satu anak berkebutuhan khusus yang kurang mendapatkan perhatian adalah anak tuna grahita dibandingkan anak dengan cacat fisik. Tuna grahita dapat diartikan lemah mental, lemah otak, lemah pikiran, cacat mental atau terbelakang mental. Tingkat kecerdasan tuna grahita perselangan 55-70. Perkembangan kognitif anak tuna grahita terhenti pada tahap operasional konkret. Sedangkan perkembangan fisik tampak seperti anak normal sebayanya.
            James mengatakan dalam kamus matematikanya bahwa matematika itu adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep berhubungan lainnya yang jumlahnya banyak.[9] Sedangkan dalam kamus matematika bahwa matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang.[10] jadi, Matematika adalah salah satu bagian yang penting dalam bidang ilmu pengetahuan. Matematika juga merupakan ilmu eksakta yang memerlukan pemahaman. Bagi sebagian besar siswa normal, matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan susah dipahami karena matematika bersifat abstrak. Siswa tuna grahita ringan juga mengalami hal yang sama. Siswa tuna grahita memiliki keterbatasan dalam hal intelektual, sehingga siswa tunagrahita semakin sulit untuk memahami mata pelajaran matematika.
Dewasa ini fakta di lapangan, matematika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik dan ini berdampak pada hasil proses berpikir dalam pembelajaran matematika yang rendah dibandingkan dengan mata pelajarn lainnya. Salah satu penyebabnya adalah dalam masalah proses pembelajaran guru hanya menerangkan didepan kelas, memberi contoh soal, kemudian memberikan latihan soal kepada peserta didik. Sehingga dalam proses pembelajaran kurang bermakna dan komunikasinya hanya berjalan satu arah. Dari guru kepeserta didik dan tidak berlaku sebaliknya. selama ini kebanyakan model pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah metode langsung atau metode ceramah.
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Model pembelajaran terhadap peseta didik berkebutuhan khusus yang dipersiapkan oleh guru disekolah, ditunjukkan agar peserta didik mampu berinteraksi terhadap lingkungan sosial. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi berkaitan dengan karakteristik spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembangannya. Dalam hal ini guru memiliki peranan yang sangat penting untuk menyampaikan informasi matematika kepada peserta didik. Guru harus berusaha keras untuk berkomunikasi dengan mereka, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menvisualisasikan materi-materi matematika. Jadi dalam menyampaikan materi, seorang guru harus menampilkan bentuk visualnya dengan harapan peserta didik Tunagrahuta lebih mudah memahaminya.
Pembelajaran matematika yang sesuai dengan siswa tuna grahita adalah dengan menggunakan benda-benda nyata dan masalah sehari-hari yang terjadi di sekitar mereka. Pada awalnya masalah tersebut akan membuat siswa mengalami disequilibrium (ketidakseimbangan) dan mendorong siswa untuk melakukan akomodasi atau asimilasi sehingga pada akhirnya akan menuju ekuilibrium (keseimbangan).
Operasi hitung penjumlahan terbagi atas dua cara yaitu penjumlahan ke samping dan penjumlahan bersusun ke bawah. Penjumlahan menurut Maman Abdurahman dan Hayatin Nufus merupakan penggabungan  himpunan-himpunan atau penambahan dua bilangan dengan suatu bilangan yang merupakan jumlah. Cara yang dapat digunakan untuk menjumlahkan bilangan-bilangan tersebut terdiri dari dua cara yaitu penjumlahan ke samping dan bersusun ke bawah. Menurut Maman Abdurahman dan Hayatin Nufus penjumlahan ke samping yaitu penjumlahan yang pengerjaan hitungannya guna untuk memperoleh jumlah bilangan dari hasil penjumlahan ke samping. Sedangkan penjumlahan bersusun ke bawah adalah penjumlahan yang pengerjaan hitungannya guna untuk memperoleh jumlah bilangan dari hasil penjumlahan bersusun ke bawah.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari proses  dan dari segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berkualiatas atau berhasil apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik secar aktif , baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi. Semangat belajar besar dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan yang positif dari peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%).[11]
Berdasarkan hal-hal yang dijelaskan peneliti bermaksud menganalisis siswa dalam proses berpikir anak berkebutuhan khusus (ABK) tunagrahita dalam menyelesaikan soal matematika pada materi operasi hitung penjumlahan yang dibagi menjadi beberapa cara yaitu penjumlahan ke samping dan penjumlahan bersusun ke bawah.

 D.    IDENTIFIKASI MASALAH

berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya,dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.      Belum optimalnya proses belajar mengajar di lingkungan SLB Harapan Ibu Metro sehingga berimplikasi pada rendahnya prestasi belajar anak tuna grahita.
2.      Masih ada siswa yang kesulitan memahami materi operasi hitung penjumlahan.
3.      Masih ada siswa yang kesulitan menyelesaikan soal pada materi operasi hitung penjumlahan.
 
E.     PEMBATASAN MASALAH

Ruang lingkup penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.      Kemampuan memecahkan masalah yang akan diteliti adalah kemampuan dalam menyelesaikan soal operasi hitung penjumlahan.
2.      Penelitian ini akan dilaksanakan di SLB Harapan Ibu Metro, karena berdasarkan hasil prasurvei,
3.      kondisi siswa di sekolah tersebut mempunyai kesesuaian dengan penelitian ini.
4.      Lokasi penelitian ini di SLB Harapan Ibu Metro dengan populasi anak tunagrahita pada Tahun Pelajaran 2015/2016

 
F.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Proses Berpikir anak tunagrahita dalam menyelesaikan soal operasi hitung penjumlahan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Harapan Ibu Metro ?
2.      Apa saja penyebab terjadinya kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan soal operasi hitung penjumlahan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Harapan Ibu Metro?

G.    TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui proses berpikir anak tuna grahita dalam menyelesaikan soal penjumlahan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Harapan Ibu Metro.
2.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan soal operasi hitung penjumlahan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Harapan Ibu Metro.

H.    MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain sebagai Berikut:
1.      Manfaat teoretis
1.      Mengetauhi besarnya kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung penjumlahan yang dialami anak tuna grahita di SLB Harapan Ibu Metro.
2.      Mengetahui besarnya tingkat kesulitan skil dalam menyelesaikan soal-soal operasi hitung penjumlahan yang dialami anak tuna grahita di SLB Harapan Ibu Metro.
3.      Dapat menambah wawasan ilmu pendidikan bagi guru dan mengoptimalkan proses pembelajaran sebagai usaha peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pada materi operasi hitung penjumlahan.

2.      Manfaat Praktis

a.       Bagi penulis
Dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan dan menambah wawasan dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh dalam bangku kuliah, khususnya dalam bidang pendidikan matematika.
b.      Bagi Sekolah
Sebagai masukan dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan sehubungan dengan belum optimalnya prestasi belajar siswa.
c.       Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh guru matematika dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika.
d.      Bagi Guru Matematika
Penelitan ini diharapkan mampu memberikan evaluasi terhadap hal-hal yang telah diusahakan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan kajian bagi guru dalam meningkatkan kualitasnya.
e.       Bagi Guru
Sebagai masukan bagi guru bidang studi matematika dalam menentukan model pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat, yang sesuai dengan materi yang bersangkutan dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa.
f.       Bagi Siswa
Memberikan motivasi bagi siswa agar lebih meningkatkan belajar melalui pembelajaran yang bervariasi, sehingga akan lebih termotivasi dalam belajarnya.
g.      Bagi Pembaca Lain
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pingintropeksian diri (Muhasabah)


I.       Ruang Lingkup Penelitian

Dari judul diatas, yang digunakan dalm ruang lingkup penelitian adalah proses berfikir bagi peserta didik beerkebutuhan khusus.
1.      Subjek penelitian adalah peserta didik berkebutuhan khusus Tunagrahita.
2.      Objek penelitian adalah proses berpikir anak Tunagrahita.
3.      Lokasi Penelitian adalah Sekolah Luar Biasa Harapan Ibu Metro.
4.      Waktu penelitian adalah tahun pelajaran 2016/2017





[1] Suharso dan Ana Retnoningsih,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Semarang:Widya Karya : 2005,hlm 37
[2] Ibid,hlm 329
[3] Sumadi Suryabrata.Psikologi Pendidikan..(Jakarta:Rajawali Pers, 2011).hal 54-55
[4] Novan Ardy Wiyani, Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Kushus,Yogyakarta:Ar-Ruzz Media,2003,hlm 17
[5] Soeharso.”Orang Tua Spesial Untuk Anak Spesial”(Jakarta.Yayasan Pembinaan Anak Cacat(YPAC) Nasional.2013.)Hlm.96-97
[6] Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran,Jakarta: Bumi Aksara,2009,hlm.2
[7] Al-qur’an dan Terjemah,Muqoddimah,Jakarta :Lubuk Agung,1984,hal.555
[8] Undang-Undang Sisdiknas 2003 (UU RI No. 20 Th. 2003), Jakarta:Sinar Grafika Offset,2007,hlm.6
[9] Ruseffendi.Pengajaran Matematika Moderen dan Masa Kini. (Bandung :Tersito,1998).Hlm 1
[10] Naipospos Hutauruk.Kamus Matematika.Jakarta :Erlangga.1983. Hlm 81
[11] E.Mulyasa,Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung : PT Rosdakarya, 2004. Hlm.102

Tidak ada komentar:

Posting Komentar